Bahaya Merkuri bagi Lingkungan dan Kesehtan Manusia

Kendari Pos 2009-11-07/Halaman 4  Opini

Oleh Alimin

Merkuri diberi simbol HG berasal dari bahasa Yunani yang berarti cairan perak. Beberapa sifat fisik dan kimia yang menarik dari logam tersebut adalah pada temperatur kamar 25 celcius berwujud cair, titik bekunya relatif rendah -39 Celcius dan titik didih sekitar 357 Celcius, mudah menguap, mudah bercampur dengan logam-logam lain membentuk logam campuran atau dalam dunia kimia biasa disebut amalgam/alooy.

Bentuk kimia merkuri mempunyai pengaruh terhadap pengendapannya. Secara umum ada tiga bentuk merkuri (Hammond dan Beliles, 1980) yaitu: Pertama, unsur merkuri mempunyai tekanan yang  tinggi dan sukar larut di dalam air. Pada suhu kamar kelarutannya dalam air sekitar 60mg/L dan 5-50 mg/L dalam lipida. Bila ada oksigen, merkuri diasamkan langsung ke dalam bentuk ionik. Uap merkuri hadir dalam bentuk monoatom yang apabila terserap ke dalam tubuh akan dibebaskan ke dasar alveoler.

Kedua, merkuri anorganik. Spesies ion merkuri merupakan hasil dua tahapan oksidasi dari logam merkuri. Ion merkuri dapat membetnuk garam tersebut snagat mudah larut dalam air dan sangat toksik, sebaliknya garam merkuro yang terbentuk dari ion merkuro tidak larut dalam air dan kurang toksisk. Kendati demikian, toksisitas merkuri anorganik ternyata telah dikenal sejak abad ke-18 dan ke-19 dengan gejala tremor pad aorang dewasa. Gejala tremor yang muncul pada abad ke 18 disebut ‘hatter’s shakes’ (topi bergoyang) karena pada saat itu banyak pekerja di pabrik topi dan wol menderita gejala tersebut. Gejala berlanjut dengantremor toto muka, yang kemudian merambat ke jari-jari tangan. Bila keracunan berlanjut maka tremor akan terjadi pada lidah, berbicara terbata-bata, berjalan terlihat kaku dan hilang keseimbangan serta hilangnya daya ingatan. Pada akhirnya keracunan kronis akan mengakibatkan kematian.

Ketiga, merkuri organic merupakan bentuk senyawa organologam dimana logam merkuri berikatan langsung dengan unsur karbon, contohnya metal merkuri. Saluran pernapasan merupakan jalan utama penyerapan merkuri dalam bentuk unsur. Karena sifatnya yang larut dalam lipida, maka pengendapan dan akumulasinya dapat mencapai sekitar 80 % dan merkuri memungkinkan melintasi kulit pada tubuh manusia. Senyawa merkuri organik adalah merupakan senyawa merkuri yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia karena beberapa alasan: Pertama, ia dapat larut dalam lapisan lemak pada kulit yang menyelimuti korda saraf. Kedua: metil merkuri dapat diserap secara langsung melalui pernapasan dengan kadar penyerapan 80%. Ketiga: Uapnya dapat menembus membran paru-paru dan apabila terserap ke tubuh, ia akan terikat dengan protein sulfuhidril seperti sistein dan glutamin. Keempat; di dalam darah sekitar 90% dari metil merkuri diserap ke dalam sel darah merah dan metil merkuri juga dijumpai pada jala rambut. Menurut Irvingetal, jumlah merkuri yang terserap ke dalam akar rambut adalah berbanding lurus dengan konsentrasi metil merkuri di dalam darah.

Kasus tosisitas metil merkuri yang tidak pernah terlupakan oleh kita semua adalah “Minamata Disease” di Jepang. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penduduk sekitar kawasan tersebut mengkonsumsi secara rutin ikan yang berasal dari laut disekitar Teluk Minamata dan ternyata bahwa ikan telah tercemar logam merkuri yang berasal dari limbah industri plastik. Gejala keanehan mental, dan cacat saraf mulai nampak terutama pada anak-anak. Namun, gejala tersebut baru diketahui 25 tahun kemudian sejak gejala penyakit tersebut ditemukan. Kasus yang serupa juga terjadi di Indonesia, dimana sejak tahun 1996 Perairan Teluk Buyat di Propinsi Sulawesi Utara telah dijadikan tempat perbuatan tailing oleh PT Newmont Minahasa Raya akibatnya masyara yang mengkonsumsi ikan sekitar di teluk Buyat mengalami gangguan kesehatan terutama penyakit kulit.

Kegiatan penambangan seperti halnya PT NMR merupakan pengambilan logam dari sumbernya termasuk logam berat dalam pengambilan emas. Bijih primer yang terbungkus oleh mineral sufida yang kaya akan logam-logam diekstraksi untuk memperoleh emas, kemudian sulfida tersebut di buang ke alam.

Di Sulawesi Tenggara, kegiatan penambangan emas sampai hari ini masih berlangsung adalah kegiatan penambangan emas di Bombana. Terkuaknya potensi tambang emas di Bombana merupakan sumber rejeki yang menjanjikan dan menggiurkan pemerintah daerah dan masyarakat Sulawesi Tenggara. Kendati demikian dibalik itu semua kegiatan tersebut ternyata telah memberikan dampak negarif yang mengancam lingkungan dan kesehatan masyarakat di sekitar penambangan tersebut. Hal telah dibuktikan denggan hasil penelitian teman-teman dosen di fakultas perikanan dan Ilmu Kelauatan Unhalu yang menunjukkan bahwa kandungan merkuri di perairan laut di sekitar areal penambangan telah melampaui ambas batas. Ditemukanya Kandungan merkuri diperairan laut di sekitar areal penambangaan menurut dugaan kami adalah bersumber dari limbah kegiatan penambangan emas yang dilakukan oleh penambang. Pertanyaan yang muncul, adalah mengapa masyarakat harus menggunakan merkuri dalam kegiatan penambangan emas Bombana? Masyarakat  awam tentunya akan pertanyaan ini dari sudut pandang untung ruginya dan bagaimana caranya supaya mereka memperoleh bijh besi emas sebanyak-banyaknya tanpa mempertimbangkan resiko dan penggunaan merkuri tersebut.

Namun kami dari kacamata akademik emisi akan mencoba menguraikan persoalan tersebut dari sudut pandang kimia. Berdasarkan fenomena yang ada maka kami menduga bahwa kegiatan penambangan bijih emas oleh masyarakat di areal penambangan emas Bombana dilakukan dengan cara amalgamasi. Cara tersebut merupakan cara konvesional untuk mengekstraksi bijih emas dengan menggunakan logam merkuri. Dengan cara ini ion Hg22 + dalam bentuk larutan dinteraksikan dengan batuan bijih emas (Au) sehingga terbentuk suatu amalgam (campuran emas terlarut dalam merkuri). Emas terlarut dalam amalgam segera terokidasi dengan cepat oleh oksigen di udara membentuk Au 203.

Perlu diketahui bahwa Au3+, pada dasarnya berada dalam bentuk Au203 dimana Au203 tersebut sangat mudah terdekompsisi menjadi Au dan O2 pada suhu sekitar 150 C. Jika pemanasan yang lazim dilakukan penambang emas konvesional pada prinsipnya mendekomposisi Au203 menjadi Au (emas) dan oksigen (O2) dan sekaligus menguapkan merkuri yang masih bercampur dengan emas. Uap merkuri tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan sebagaimana yang telah diungkapkan di atas.

Berdasarkan uraian diatas maka patut kiranya semua pihak baik masyarakat maupun penentu kebijakan untuk menyikapi hal tersebut secara arif dan bijaksana sehingga kasus Minamata dan Buyat tidak terjadi didaerah yang kita cintai ini. 

One Response

  1. Salam Hangat,
    sy brdomisili di Desa Pelangan, kec.Sekotong, Kab. Lombok Barat. Dimana di tmpt sy ini jg trjdi penambangan emas ilegal sama sprt yg diuraikan artikel diatas. Hal ini tlh brlangsung dr th 2009. Pemda stmpat tlh brusaha menutup/melarang/mmbubarkn pnambngn ilegal ini, namun masyrakat kseluruhan dri kecamatn demo brani mati agar pnambngan ilegal ini ttp brlangsung, smpai dtik ini penambangan dgn bahan kimia brbahaya(Mercury/air raksa)ttp brjalan. Sy sbg generasi yg pduli thd masa dpan anak cucu bgsa ini memohn kpd siapa sj yg kompeten di bidng ini(lembga2 lingkungn hdup, Hak prlndngn manusia, Green Peace, Walhi, ato apalah). Slamatknlah kami dr efek buruk yg akn diakibtkn oleh bahn kimia ini.
    Utk saran, wawasan, dll kpd sy bs dconfirm di facebook:
    Darwin O’Dean
    o39deandarwin@rocketmail.com

Leave a comment